I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya adalah kegiatan
memelihara/mengkulturkan organisme air baik melalui pembenihan, pembesaran
sekaligus pengembangbiakannya. Kolam merupakan wadah usaha budidaya / media
hidup ikan yang sengaja dibuat oleh manusia untuk melangsungkan kegiatan
pemeliharaan ikan baik secara tradisional maupun secara modern. Pembesaran
adalah suatu usaha pemeliharaan ikan yang dimulai dari ikan lepas dederan dan
berakhir sampai mencapai ukuran konsumsi atau ukuran untuk pasar. Kegiatan
Pembesaran ikan tujuan utamanya adalah mengharapkan hasil produksi yang akan
didapat bisa maksimal namun berbagai faktor yang sering menjadi hambatan bagi
pembudidaya sehingga usaha yang dilakukan tidak sesuai dengan keinginan atau
target produksi menurun.
Dalam Profil Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Seruyan Tahun 2010
menuliskan bahwa Produksi perikanan budidaya di Kabupaten Seruyan sangat
tergantung dengan ketersediaan benih
ikan yang akan di budidayakan dan sarana serta prasarana budidaya. Pada tahun 2010 terjadi kenaikan produksi
hasil perikanan sebesar 452,74 ton atau
sekitar 15 % dibandingkan dengan produksi hasil perikanan pada tahun
2009. Untuk Tahun 2010 Produksi
Perikanan Kabupaten Seruyan sebesar 3.486,21 Ton dan Tahun 2009 sebesar 3.033,47
Ton. Kenaikan produksi perikanan budidaya ini selain oleh jenis budidaya di
kolam dan keramba juga jenis budidaya di tambak. Kenaikan produksi perikanan
budidaya di tambak diduga disebabkan oleh teknis budidaya dan pengelolaan lahan
tambak telah mulai dikuasai dengan baik oleh para pembudidaya tambak, disamping
itu juga dengan adanya petugas lapangan yang ditunjuk langsung oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan telah membantu para pembudidaya dalam hal teknis dan
pengelolaan lahan tambak.
Patin (Pangasius pangasius) merupakan
jenis ikan konsumsi air tawar asli indonesia yang tersebar disebagian wilayah
Sumatera dan Kalimantan. Daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan
protein yang cukup tinggi, rasa daging yang khas, enak, lezat dan gurih
sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin dinilai lebih aman untuk
kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah dibandingkan dengan daging hewan
ternak. Selain itu ikan patin memiliki beberapa kelebihan lain, yaitu ukuran
per individunya besar dan di alam panjangnya bisa mencapai 120 cm (Susanto dan Amri, K 2002 dalam Buku Budidaya Ikan Patin)
Beberapa kelebihan tersebut menyebabkan
harga jual ikan patin tinggi dan sebagai komoditi yang berprospek cerah untuk
dibudidayakan. Peningkatkan
produksi ikan patin dapat dilakukan melalui perhatian dan
pemantauan terhadap padat tebar ikan diwadah pemeliharaan, karena padat tebar dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan dan efisiensi hasil
produksi.
Dalam usaha budidaya ikan patin (Pangasius
pangasius) persyaratan lokasi yang harus dipenuhi untuk mencapai produksi
yang menguntungkan meliputi sumber air, kualitas air dan tanah serta kuantitas
air. Kriteria persyaratan tersebut berbeda tergantung dari pada sistem budidaya
yang digunakan.
Salah satu aspek
yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan suatu kegiatan budidaya ikan adalah
kepadatan ikan yang dipelihara dan sekarang ini kita melihat bahwa usaha
pembesaran ikan patin tidak mengalami perkembangan akibat masih kurangnya
penguasaan ilmu pengetahuan dan informasi teknis pembudidayaan seperti padat
penebaran, teknik pemberian pakan, perawatan dan pengontrolan kolam serta
pengendalian hama penyakit. Faktor
lingkungan tempat dilangsungkannya usaha pembesaran terutama parameter kualitas
air juga sangat mempertimbangkan untuk
menjaga kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Untuk itu dengan adanya
pengamatan terhadap laju pertumbuhan ikan patin dengan padat penebaran tiap
kolamnya berbeda dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pembudidaya ikan
dalam hal informasi teknis pembesaran ikan patin dikolam sehingga produksi
dapat ditingkatkan.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun
tujuan dan manfaat dari pelaksanaan praktek kerja lapang ini adalah diantarnya
:
Ø Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
mahasiswa dilapangan dalam hal pengamatan laju pertumbuhan ikan serta mendapatkan
informasi keragaman dan laju pertumbuhan benih ikan patin (Pangasius
pangasius) yang dipelihara secara outdoor (dikolam) dengan padat penebaran yang besar
dan berbeda untuk masing-masing kolamnya.
Ø untuk
mengetahui padat penebaran yang baik terhadap pertumbuhan ikan patin (Pangasius
pangasius) dalam kolam pada Kelompok Pembudidaya Ikan
(POKDAKAN) “Harapan I” di Desa Sungai Undang Kabupaten Seruyan Provinsi
Kalimantan Tengah .
Ø untuk
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja khususnya mengenai pengamatan laju
pertumbuhan ikan patin dalam kolam dengan memadukan pengetahuan yang diperoleh
di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam kegiatan Praktik Kerja Lapang
ini meliputi :
1.
Padat penebaran
yang berbeda pada tiap kolam
2.
Laju pertumbuhan
ikan untuk setiap kolamnya
3.
Pakan yang
digunakan dan frekuensi pakan yang diberikan serta jenis pakan yang digunakan.
4.
Parameter Kualitas
air dalam budidaya ikan patin yaitu Suhu, pH, dan Salinitas.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi
ikan patin adalah sebagai berikut :
Ordo : Ostarioplaysi.
Subordo : Siluriodea.
Famili :
Pangasidae.
Genus : Pangasius.
Spesies : Pangasius
Pangasius Ham. Buch.
Kerabat
patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya :
a)
Pangasius polyuranodo (ikan juaro)
b)
Pangasius macronema
c)
Pangasius micronemus
d)
Pangasius nasutus
e)
Pangasius
nieuwenhuisii
Ikan patin (Pangasius
pangasius) merupakan jenis ikan
konsumsi air tawar, berbadan panjang
berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal
sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi.
Hal ini lah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh
para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap
pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan
patin bisa mencapai panjang 35 - 40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini
tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada
perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendah pun sudah memenuhi
syarat untuk membesarkan ikan ini.
Ikan patin (Pangasius
pangasius) berbadan panjang untuk
ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna
kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala
agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut
mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.
2.2 Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan
Patin
Menurut Djariah (2001), ikan patin (Pangasius pangasius) memerlukan sumber
energi yang berasal dari makanan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
Patin merupakan ikan pemakan segala (omnivora), tetapi cenderung ke arah
karnivora (pemakan daging/hewani) Susanto dan Amri (2002) menjelaskan, dialam
makanan utama ikan patin berupa udang renik (crustacea), insekta dan molusca.
Sementara makanan pelengkap ikan patin berupa rotifera, ikan kecil dan daun –
daunan yang ada diperairan. Apabila dipelihara dikolam, ikan patin tidak
menolak diberi pakan, sesuai dengan penelitian Jangkaru, Z (2004) dalam Buku Budidaya Ikan di Jaring Terapung, Cholik et al (2004) yang menyatakan bahwa ikan patin (Pangasius pangasius) sangat tanggap terhadap pakan buatan.
Ikan patin yang dipelihara dikolam diberi pakan
dengan kandungan protein 28-35 %, Pakan pellet 3 % per hari dan diberikan 3
kali per hari, untuk mempercepat pematangan gonad, induk ikan diberi pakan ikan
rucah 10 % dari bobotnya dan diberikan 2 kali seminggu. (Sumber SNI : 01-6483.1-2000. Menganai Manajemen Pakan Ikan Patin,
Bogor)
2.3 Kebiasaan Hidup Ikan Patin
Ikan Patin (Pangasius pangasius) bertahan hidup pada
perairan yang kondisinya sangat jelek dan akan tumbuh normal di perairan yang
memenuhi persyaratan ideal sebagaimana habitat aslinya. Kandungan Oksigen (O2)
yang cukup baik untuk kehidupan ikan patin berkisar 2-5 ppm dengan kandungan
Karbondioksida (CO2) tidak lebih 12,0 ppm. Nilai pH atau derajat keasaman
adalah 7,2 – 7,5, konsentrasi sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) yang masih dapat
ditoleransi oleh ikan patin yaitu 1 ppm. Keadaan suhu air yang optimal untuk
kehidupan ikan patin antara 28 – 29 0C. ikan patin lebih menyukai perairan yang
memiliki fluktuasi suhu rendah. Kehidupan ikan patin mulai terganggu apabila
suhu perairan menurun sampai 14 – 15 0C ataupun meningkat diatas 35 0C.
Aktifitas patin terhenti pada perairan yang suhunya dibawah 6 0C atau diatas 42
0C (Djariah, 2001)
2.4 Laju Pertumbuhan Ikan Patin
Ikan patin sebagaimana hewan air lainnya untuk memperoleh pertumbuhan maksimal
membutuhkan asupan makanan yang unsur-unsurnya (protein, karbohidart, lemak dan
lain-lainnya) mencukupi hewan tersebut. Padat tebar yang tinggi akan mengganggu
laju pertumbuhan meskipun kebutuhan makanan tercukupi. Hal ini disebabkan
karena adanya persaingan dalam memperebutkan makanan dan ruang. (Kordik, 2005).
Pertumbuhan adalah total energi yang diubah
menjadi penyusun tubuh, kebutuhan energi ini diperoleh dari makanan.
Pertumbuhan juga merupakan suatu proses pertambahan bobot maupun panjang tubuh
ikan, adapun perbedaan laju pertumbuhan dapat disebabkan karena adanya pengaruh
padat penebaran dan persaingan di dalam mendapatkan makanan. (Hernowo, 2001)
2.5 Hasil Penelitian Terhadap
Pertumbuhan Ikan
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perlakuan
padat penebaran yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju
pertumbuhan ikan patin. Hal ini karena ikan patin mempunyai sifat menggerombol dan hidup di kolom air
sehingga mengalami persaingan dalam mendapatkan makanan akibat padat penebaran
yang tinggi (Asyari dkk, 1992).
Menurut Asmawi, 1983, menyatakan bahwa semakin besar kepadatan ikan yang kita
berikan, akan semakin kecil laju pertumbuhan per individu. Dengan kepadatan
rendah ikan mempunyai kemampuan memanfaatkan makanan dengan baik dibandingkan
dengan kepadatan yang cukup tinggi, karena makanan merupakan faktor luar yang
mempunyai peranan di dalam pertumbuhan
Kekurangan pakan akan memperlambat laju
pertumbuhan sehingga dapat menyebabkan kanibalisme, sedangkan kelebihan pakan
akan mencemari perairan sehingga menyebabkan udang stres dan menjadi lemah
serta nafsu makan udang akan menurun (Khairuman, 2002).
Ruang gerak juga merupakan faktor luar yang
mempengaruhi laju pertumbuhan, dengan adanya ruang gerak yang cukup luas ikan
dapat bergerak dan memanfaatkan unsur hara secara maksimal (Rahmat, 2010). Pada padat penebaran yang tinggi ikan mempunyai
daya saing di dalam memanfaatkan makanan, unsur hara dan ruang gerak, sehingga
akan mempengaruhi laju pertumbuhan ikan tersebut.
Keragaan Pertumbuhan benih ikan patin dengan kepadatan 10 ekor/m2
merupakan yang terbaik untuk pemeliharaan ikan patin di Karamba, dan untuk
dikolam kepadatan/padat tebar yang baik adalah 40 – 50 ekor/m2. Akan
tetapi dalam padat penebaran ikan bisa ditambah dengan syarat kedalaman air
kolam lebih dari 100 – 120 cm. (Warintek.
2002).
2.6 Parameter Pengukuran
Kualitas Air
2.6.1
Parameter
Fisika Perairan
Suhu merupakan Variabel lingkungan penting untuk organisme
akuatik yang mana Rentang toleransi serta suhu optimum kultur berbeda untuk
setiap jenis / spesies ikan, hingga stadia pertumbuhan yang berbeda, Suhu yang
ada disuatu perairan (wadah budidaya) dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan
Peningkatan
suhu dapat mengeluarkan reaksi diantaranya :
-
Peningkatan
aktivitas metabolisme ikan
-
Penurunan
gas (oksigen )
terlarut
-
Efek
pada proses reproduksi ikan
-
Ekstrim
: kematian kultur
Suhu merupakan faktor fisika yang penting dimana-mana di
dunia. Kenaikan suhu mempercepat reaksi
– reaksi kimiawi, misalnya saja proses metabolisme akan naik sampai puncaknya
dengan kenaikan suhu tetapi kemudian menurun lagi. Setiap perubahan suhu cenderung untuk
mempengaruhi banyak proses kimiawi yang terjadi secara bersamaan pada jaringan
tanaman dan binatang, karenanya juga mempengaruhi biota secara keseluruhan. (Effendi
H. 2007), menyatakan bahwa suhu air normal adalah suhu air yang
memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembangbiak.
Gatot Subroto (2002), distribusi suhu secara vertikal
perlu diketahui karena akan mempengaruhi distribusi mineral dalam air karena
kemungkinan terjadi pembalikan lapisan air. Suhu air akan mempengaruhi juga
kekentalan (visikositas) air. Perubahan
suhu air yang drastis dapat mematikan biota air karena terjadi perubahan daya
angkut darah. Suhu sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut
dalam air dan konsumsi oksigen hewan air.
Suhu berbanding terbalik dengan konsentrasi jenuh oksigen terlarut,
tetapi berbanding lurus dengan laju konsumsi oksigen hewan air dan laju reaksi
kimia dalam air.
Menurut Gatot Subroto (2002), baik secara langsung maupun tidak langsung, suhu air
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan pertumbuhan dan
kehidupan larva udang. Secara umum, dalam batas – batas tertentu, kecepatan
pertumbuhan larva meningkat sejalan dengan naiknya suhu air. Tetapi daya
kelangsungan hidupnya menurun pada suhu tinggi.
Menurut Effendi H.
(2007), pertumbuhan
dan kehidupan biota air sangat dipengaruhi suhu air. Kisaran
suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara 28-32 0C. Pada kisaran tersebut konsumsi oksigen
mencapai 2,2 mg/g berat tubuh/jam.
Dibawah suhu 250C, konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/g berat
tubuh/jam. Pada suhu 18-25 0C,
ikan masih bertahan hidup, tetapi nafsu makan mulai menurun. Suhu air 12-18 0C mulai berbahaya
bagi ikan, sedangkan pada suhu dibawah 120C ikan tropis akan mati
kedinginan.
\
2.6.2
Parameter
Kimia Perairan
Parameter
kimia perairan yang sangat berpengaruh besar terhadap kualitas air media
pemeliharaan ikan/udang seperti oksigen terlarut (DO), pH, salinitas,
karbodioksida (CO2), alkalinitas, amoniak.
Derajat
Keasaman (pH)
Menurut Khairuman, dkk 2005 dalam
wikipedia Org.Salinitas dan pH),
derajat keasaman (pH) merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukan
suasana asam atau basa suatu perairan. Kisaran nilai pH adalah 1-14. Suatu pH
dianggap normal jika bernilai 7. Faktor yang mempengaruhi pH adalah konsentrasi
karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam.
Menurut Khairuman, dkk 2005 dalam
wikipedia Org.Salinitas dan pH),
nilai pH di atas 10 dapat membunuh Ikan, sementara nilai pH dibawah 5
mengakibatkan pertumbuhan Ikan terhambat.
Patin sangat toleran terhadap derajat keasaman (pH) air. Ikan ini dapat
bertahan hidup di perairan dengan derajat keasaman yang agak asam (pH rendah)
sampai di perairan yang sangat basa (pH tinggi) dengan pH 5-9.
Salinitas (Kadar Garam)
Salinitas menunjukkan kadar garam pada suatu
perairan. Kadar garam merupakan ciri pembeda antara ekosistem air tawar dan air
asin. Salinitas merupakan
salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan secara
langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi
laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan
daya kelangsungan hidup
III.
METODOLOGI
PRAKTIK
3.1 Waktu dan Tempat
Praktik
Kerja Lapang dilaksanakan dari tanggal 30 bulan Nopember tahun 2011 s/d tanggal 30 bulan Desember tahun 2011 di Desa
Sungai Undang Kecamatan Seruyan Hilir Kabupaten Seruyan, pada Kelompok
Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) “Harapan I”.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1
Bahan
Bahan yang digunakan
dalam Praktik Kerja Lapang (PKL) ini
adalah sebagai berikut :
a.
Ikan
b.
Pakan
c.
Air
3.2.2
Alat
Alat yang digunakan
dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah sebagai berikut :
1.
Perlengkapan
Wawancara
a.
Buku
b.
Pulpen
c.
Pensil
d.
Penghapus
e.
Quisioner
2.
Perlengkapan
dalam kegiatan
a.
Sampling
-
Ember - pH Meter
-
Jaring dan seser - Refraktometer
-
Timbangan - Thermometer
-
Penggaris
3.
Sampel Kolam ada
10 buah/petak
3.3.Metode Praktik Kerja Lapangan
Metode yang akan digunakan dalam praktek kerja
lapangan ini adalah metode deskriptif, yaitu pengumpulan data dari beberapa
literatur untuk dijadikan acuan selama Praktek Kerja Lapangan. Sedangkan
pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan partisipasi dengan
melibatkan diri secara langsung dalam pencarian gambaran mengenai pertumbuhan
ikan patin yang dipelihara dikolam Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN)
“Harapan I”.
Adapun Metode yang digunakan dalam kegiatan ini
adalah pengamatan langsung dilapangan. Pengamatan dilakukan selama 2 (dua) kali
dalam satu minggu dan pengamatan ini dilakukan dalam waktu 1 (satu) bulan.
3.4 Cara Pelaksanaan
Adapun cara pelaksanaan dalam Praktik Kerja Lapangan
(PKL) adalah dengan melakukan langsung dilapangan diantaranya Pengamatan terhadap pemanfaatan pakan dan
penggunaannya, pengamatan kualitas air dan pertumbuhan yang dilakukan seminggu 2 kali dilakukan selama satu bulan. Pengamatan pertumbuhan
dilakukan dengan menimbang sampel (beberapa ekor dari tiap kolamnya) berat
biomassa total benih ikan patin tiap perlakuan
dibagi tiap kolamnya. Penimbangan ini
bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan melalui berat atau bobot tubuh benih
ikan patin setiap minggunya
selama masa pemeliharaan. Sedangkan pengamatan kematian dilakukan setiap
harinya. Benih ikan patin yang mati langsung
diambil.
Selama penelitian/pengamatan berlangsung dilakukan pengukuran terhadap
kualitas air. Pengukuran ini bertujuan agar keberlangsungan hidup benih ikan patin dapat terjamin
dan apabila ada kematian pada ikan, maka dapat mempermudah dalam penanggulangan
dan pengontrolan kualitas airnya, pengukuran ini dilakukan setiap pagi hari pukul 06.30
WIB dan sore hari pada pukul 16.00 WIB,
sebanyak
delapan kali dalam satu
bulan. Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, pH dan salinitas.
IV.
PENUTUP
Dengan melihat pentingnya Proposal
Praktik Kerja Lapangan bagi mahasiswa yang merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan Kegiatan
Praktik Kerja Lapangan Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Darwan Ali (UNDA),
maka
penulis mengharapkan koreksi kritik dan saran untuk kemajuan dan perkembangan
pengetahun baik itu dalam hal pembuatan proposal praktik kerja lapangan, cara
kerja dan pelaksanaannya serta pengaplikasiannya dilapangan.
Demikian Proposal Praktik Kerja Lapang
(PKL) ini dibuat, untuk dipergunakan sebagai tindaklanjut dari Pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan Penulis/Mahasiswa.
V.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmawi,
S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Gramedia. Jakarta. 82 hal.
Agribisnis &
Aquacultures. 2008. Prospek
Usaha Patin Menjanjikan.
Asyari,
dkk. 1992. Makalah Pembesaran Ikan Patin
(Pangasius pangasius) dalam
Sangkar di Kolam dengan Kepadata ikan yang Berbeda dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan
Air Tawar. Bogor.
Akrimi;
Gatot, Subroto. 2002. Teknik Pengamatan
Kualitas Air dan Plankton di Reservat
Danau Arang – Arang Jambi (Buletin Teknik Pertanian Vol. 7). Balai Riset Perikanan Perairan Umum.
Palembang.
Djariah,
dkk (2001) SNI : 01-6483.1-2000 “Mengenai Manajemen Pakan Ikan Patin”. Bogor.
Djariah,
A.S.1995. Pakan Alami.Kanisius. Yogyakarta
Djariah,
A.S. 2001. Budidaya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta. 87 hal.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Seruyan. 2010.
Profil Dislutkan Kab. Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah 16-17 Hal.
Effendi, H. 2007. Telaah Kualitas Air Bagi
Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius. Yogyakarta.258 hal.
Hernowo, 2001. Pembenihan Patin Skala Kecil dan
Besar, Solusi Permasalahan. Penerbar
Swadaya, Jakarta. 66 hal.
http//kepadatan
ikan khusus_patin.com Rahmat. 2010.
diakses pada tanggal 01 januari
2011 pukul 08.00 wib.
http//ikan patin.com.
Scribs. 2010. diakses pada tanggal 01 januari 2011
http://ikanpatin_benih.blogspot.com/2008/ll/budidaya-ikan-patin - Tebar Benih 39,
2008. Html diakses
pada tanggal 31
desember 2010 pada
pukul 10.00 WIB.
Jangkaru, Z.2004. Pembesaran Ikan Air Tawar di
Berbagai Lingkungan Pemeliharaan.
Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal
Khairuman dan Amri, K. 2002. Membuat Pakan Ikan
Konsumsi. Agromedia Pustaka.
Jakarta. 83 hal
Kordik, M.G.H.2005. Budidaya Ikan Patin, Biologi,
Pembenihan dan Pembesaran. Yayasan
Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 170 hal
Rahmat. 2010. http//kepadatan
ikan khusus_patin.com diakses pada tanggal 01 Januari 2011 pukul 08.00 WIB
Susanto, H dan
Amri, K . 2002. Budidaya Ikan Patin. Penebar
Swadaya. Jakarta. 90 hal.
Warintek. 2002. Budidaya Ikan Patin (Pangasius pangasius). http://118.98.213.22/choirul/how/i/ikan_patin.htm. (Akses 8 Nopember 2011)
Wikipedia.Org. 2005. Salinitas dan pH. http://id.wikipedia.org/wiki/Salinitas/pH. Akses 18
Februari 2011)