Selasa, 24 Januari 2012


I.              PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Budidaya adalah kegiatan memelihara/mengkulturkan organisme air baik melalui pembenihan, pembesaran sekaligus pengembangbiakannya. Kolam merupakan wadah usaha budidaya / media hidup ikan yang sengaja dibuat oleh manusia untuk melangsungkan kegiatan pemeliharaan ikan baik secara tradisional maupun secara modern. Pembesaran adalah suatu usaha pemeliharaan ikan yang dimulai dari ikan lepas dederan dan berakhir sampai mencapai ukuran konsumsi atau ukuran untuk pasar. Kegiatan Pembesaran ikan tujuan utamanya adalah mengharapkan hasil produksi yang akan didapat bisa maksimal namun berbagai faktor yang sering menjadi hambatan bagi pembudidaya sehingga usaha yang dilakukan tidak sesuai dengan keinginan atau target produksi menurun.
Dalam Profil Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Seruyan Tahun 2010 menuliskan bahwa Produksi perikanan budidaya di Kabupaten Seruyan sangat tergantung dengan ketersediaan  benih ikan yang akan di budidayakan dan sarana serta prasarana budidaya.  Pada tahun 2010 terjadi kenaikan produksi hasil perikanan sebesar 452,74 ton atau  sekitar 15 % dibandingkan dengan produksi hasil perikanan pada tahun 2009.  Untuk Tahun 2010 Produksi Perikanan Kabupaten Seruyan sebesar 3.486,21 Ton dan Tahun 2009 sebesar 3.033,47 Ton. Kenaikan produksi perikanan budidaya ini selain oleh jenis budidaya di kolam dan keramba juga jenis budidaya di tambak. Kenaikan produksi perikanan budidaya di tambak diduga disebabkan oleh teknis budidaya dan pengelolaan lahan tambak telah mulai dikuasai dengan baik oleh para pembudidaya tambak, disamping itu juga dengan adanya petugas lapangan yang ditunjuk langsung oleh Dinas Kelautan dan Perikanan telah membantu para pembudidaya dalam hal teknis dan pengelolaan lahan tambak.
Patin (Pangasius pangasius) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli indonesia yang tersebar disebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa daging yang khas, enak, lezat dan gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah dibandingkan dengan daging hewan ternak. Selain itu ikan patin memiliki beberapa kelebihan lain, yaitu ukuran per individunya besar dan di alam panjangnya bisa mencapai 120 cm (Susanto dan Amri, K 2002 dalam Buku Budidaya Ikan Patin)
Beberapa kelebihan tersebut menyebabkan harga jual ikan patin tinggi dan sebagai komoditi yang berprospek cerah untuk dibudidayakan. Peningkatkan produksi ikan patin dapat dilakukan melalui perhatian dan pemantauan terhadap padat tebar ikan diwadah pemeliharaan, karena padat tebar dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan dan efisiensi hasil produksi.
Dalam usaha budidaya ikan patin (Pangasius pangasius) persyaratan lokasi yang harus dipenuhi untuk mencapai produksi yang menguntungkan meliputi sumber air, kualitas air dan tanah serta kuantitas air. Kriteria persyaratan tersebut berbeda tergantung dari pada sistem budidaya yang digunakan.
Salah satu aspek yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan suatu kegiatan budidaya ikan adalah kepadatan ikan yang dipelihara dan sekarang ini kita melihat bahwa usaha pembesaran ikan patin tidak mengalami perkembangan akibat masih kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan informasi teknis pembudidayaan seperti padat penebaran, teknik pemberian pakan, perawatan dan pengontrolan kolam serta pengendalian  hama penyakit. Faktor lingkungan tempat dilangsungkannya usaha pembesaran terutama parameter kualitas air  juga sangat mempertimbangkan untuk menjaga kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Untuk itu dengan adanya pengamatan terhadap laju pertumbuhan ikan patin dengan padat penebaran tiap kolamnya berbeda dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pembudidaya ikan dalam hal informasi teknis pembesaran ikan patin dikolam sehingga produksi dapat ditingkatkan.

1.2  Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari pelaksanaan praktek kerja lapang ini adalah diantarnya :
Ø  Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dilapangan dalam hal pengamatan laju pertumbuhan ikan serta mendapatkan informasi keragaman dan laju pertumbuhan benih ikan patin (Pangasius pangasius) yang dipelihara secara outdoor  (dikolam) dengan padat penebaran yang besar dan berbeda untuk masing-masing kolamnya.
Ø  untuk mengetahui padat penebaran yang baik terhadap pertumbuhan ikan patin (Pangasius pangasius)  dalam kolam pada Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) “Harapan I” di Desa Sungai Undang Kabupaten Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah .
Ø  untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja khususnya mengenai pengamatan laju pertumbuhan ikan patin dalam kolam dengan memadukan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.


1.3  Batasan Masalah
Batasan masalah dalam kegiatan Praktik Kerja Lapang ini meliputi :
1.      Padat penebaran yang berbeda pada tiap kolam
2.      Laju pertumbuhan ikan untuk setiap kolamnya
3.      Pakan yang digunakan dan frekuensi pakan yang diberikan serta jenis pakan yang digunakan.
4.      Parameter Kualitas air dalam budidaya ikan patin yaitu Suhu, pH, dan Salinitas.













II.           TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut :
Ordo         :      Ostarioplaysi.
Subordo    :      Siluriodea.
Famili        :      Pangasidae.
Genus        :      Pangasius.
Spesies      :      Pangasius Pangasius Ham. Buch.
Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya :
a)      Pangasius polyuranodo (ikan juaro)
b)      Pangasius macronema
c)      Pangasius micronemus
d)      Pangasius nasutus
e)      Pangasius  nieuwenhuisii
Ikan patin (Pangasius pangasius) merupakan jenis  ikan konsumsi air tawar,  berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal ini lah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35 - 40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendah pun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini.
Ikan patin (Pangasius pangasius)  berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.


2.2  Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Patin
Menurut Djariah (2001), ikan patin (Pangasius pangasius) memerlukan sumber energi yang berasal dari makanan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Patin merupakan ikan pemakan segala (omnivora), tetapi cenderung ke arah karnivora (pemakan daging/hewani) Susanto dan Amri (2002) menjelaskan, dialam makanan utama ikan patin berupa udang renik (crustacea), insekta dan molusca. Sementara makanan pelengkap ikan patin berupa rotifera, ikan kecil dan daun – daunan yang ada diperairan. Apabila dipelihara dikolam, ikan patin tidak menolak diberi pakan, sesuai dengan penelitian Jangkaru, Z (2004) dalam Buku Budidaya Ikan di Jaring Terapung, Cholik et al (2004) yang menyatakan bahwa ikan patin (Pangasius pangasius) sangat tanggap terhadap pakan buatan.
Ikan patin yang dipelihara dikolam diberi pakan dengan kandungan protein 28-35 %, Pakan pellet 3 % per hari dan diberikan 3 kali per hari, untuk mempercepat pematangan gonad, induk ikan diberi pakan ikan rucah 10 % dari bobotnya dan diberikan 2 kali seminggu. (Sumber SNI : 01-6483.1-2000. Menganai Manajemen Pakan Ikan Patin, Bogor)
2.3  Kebiasaan Hidup Ikan Patin

Ikan Patin (Pangasius pangasius) bertahan hidup pada perairan yang kondisinya sangat jelek dan akan tumbuh normal di perairan yang memenuhi persyaratan ideal sebagaimana habitat aslinya. Kandungan Oksigen (O2) yang cukup baik untuk kehidupan ikan patin berkisar 2-5 ppm dengan kandungan Karbondioksida (CO2) tidak lebih 12,0 ppm. Nilai pH atau derajat keasaman adalah 7,2 – 7,5, konsentrasi sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) yang masih dapat ditoleransi oleh ikan patin yaitu 1 ppm. Keadaan suhu air yang optimal untuk kehidupan ikan patin antara 28 – 29 0C. ikan patin lebih menyukai perairan yang memiliki fluktuasi suhu rendah. Kehidupan ikan patin mulai terganggu apabila suhu perairan menurun sampai 14 – 15 0C ataupun meningkat diatas 35 0C. Aktifitas patin terhenti pada perairan yang suhunya dibawah 6 0C atau diatas 42 0C (Djariah, 2001)

2.4  Laju Pertumbuhan Ikan Patin

Ikan patin sebagaimana hewan air lainnya untuk memperoleh pertumbuhan maksimal membutuhkan asupan makanan yang unsur-unsurnya (protein, karbohidart, lemak dan lain-lainnya) mencukupi hewan tersebut. Padat tebar yang tinggi akan mengganggu laju pertumbuhan meskipun kebutuhan makanan tercukupi. Hal ini disebabkan karena adanya persaingan dalam memperebutkan makanan dan ruang. (Kordik, 2005).
Pertumbuhan adalah total energi yang diubah menjadi penyusun tubuh, kebutuhan energi ini diperoleh dari makanan. Pertumbuhan juga merupakan suatu proses pertambahan bobot maupun panjang tubuh ikan, adapun perbedaan laju pertumbuhan dapat disebabkan karena adanya pengaruh padat penebaran dan persaingan di dalam mendapatkan makanan. (Hernowo, 2001)
2.5  Hasil Penelitian Terhadap Pertumbuhan Ikan

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perlakuan padat penebaran yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan ikan patin. Hal ini karena ikan patin mempunyai sifat menggerombol dan hidup di kolom air sehingga mengalami persaingan dalam mendapatkan makanan akibat padat penebaran yang tinggi (Asyari dkk, 1992).
Menurut Asmawi, 1983, menyatakan bahwa semakin besar kepadatan ikan yang kita berikan, akan semakin kecil laju pertumbuhan per individu. Dengan kepadatan rendah ikan mempunyai kemampuan memanfaatkan makanan dengan baik dibandingkan dengan kepadatan yang cukup tinggi, karena makanan merupakan faktor luar yang mempunyai peranan di dalam pertumbuhan
Kekurangan pakan akan memperlambat laju pertumbuhan sehingga dapat menyebabkan kanibalisme, sedangkan kelebihan pakan akan mencemari perairan sehingga menyebabkan udang stres dan menjadi lemah serta nafsu makan udang akan menurun (Khairuman, 2002).
Ruang gerak juga merupakan faktor luar yang mempengaruhi laju pertumbuhan, dengan adanya ruang gerak yang cukup luas ikan dapat bergerak dan memanfaatkan unsur hara secara maksimal (Rahmat, 2010). Pada padat penebaran yang tinggi ikan mempunyai daya saing di dalam memanfaatkan makanan, unsur hara dan ruang gerak, sehingga akan mempengaruhi laju pertumbuhan ikan tersebut.
Keragaan Pertumbuhan benih ikan patin dengan kepadatan 10 ekor/m2 merupakan yang terbaik untuk pemeliharaan ikan patin di Karamba, dan untuk dikolam kepadatan/padat tebar yang baik adalah 40 – 50 ekor/m2. Akan tetapi dalam padat penebaran ikan bisa ditambah dengan syarat kedalaman air kolam lebih dari 100 – 120 cm. (Warintek. 2002).
2.6  Parameter  Pengukuran  Kualitas  Air
2.6.1        Parameter Fisika Perairan

Suhu merupakan Variabel lingkungan penting untuk organisme akuatik yang mana Rentang toleransi serta suhu optimum kultur berbeda untuk setiap jenis / spesies ikan, hingga stadia pertumbuhan yang berbeda, Suhu yang ada disuatu perairan (wadah budidaya) dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan
Peningkatan suhu dapat mengeluarkan reaksi diantaranya :
-       Peningkatan aktivitas metabolisme ikan
-       Penurunan gas (oksigen ) terlarut
-       Efek pada proses reproduksi ikan
-       Ekstrim : kematian kultur

Suhu merupakan faktor fisika yang penting dimana-mana di dunia.  Kenaikan suhu mempercepat reaksi – reaksi kimiawi, misalnya saja proses metabolisme akan naik sampai puncaknya dengan kenaikan suhu tetapi kemudian menurun lagi.  Setiap perubahan suhu cenderung untuk mempengaruhi banyak proses kimiawi yang terjadi secara bersamaan pada jaringan tanaman dan binatang, karenanya juga mempengaruhi biota secara keseluruhan. (Effendi H. 2007), menyatakan bahwa suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembangbiak.
Gatot Subroto (2002), distribusi suhu secara vertikal perlu diketahui karena akan mempengaruhi distribusi mineral dalam air karena kemungkinan terjadi pembalikan lapisan air. Suhu air akan mempengaruhi juga kekentalan (visikositas) air.  Perubahan suhu air yang drastis dapat mematikan biota air karena terjadi perubahan daya angkut darah. Suhu sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dalam air dan konsumsi oksigen hewan air.  Suhu berbanding terbalik dengan konsentrasi jenuh oksigen terlarut, tetapi berbanding lurus dengan laju konsumsi oksigen hewan air dan laju reaksi kimia dalam air.

Menurut Gatot Subroto (2002), baik secara langsung maupun tidak langsung, suhu air mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan pertumbuhan dan kehidupan larva udang. Secara umum, dalam batas – batas tertentu, kecepatan pertumbuhan larva meningkat sejalan dengan naiknya suhu air. Tetapi daya kelangsungan hidupnya menurun pada suhu tinggi.

Menurut Effendi H. (2007), pertumbuhan dan kehidupan biota air sangat dipengaruhi suhu air.  Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara   28-32 0C.  Pada kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g berat tubuh/jam.  Dibawah suhu 250C, konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/g berat tubuh/jam.  Pada suhu 18-25 0C, ikan masih bertahan hidup, tetapi nafsu makan mulai menurun.  Suhu air 12-18 0C mulai berbahaya bagi ikan, sedangkan pada suhu dibawah 120C ikan tropis akan mati kedinginan.
\

2.6.2     Parameter Kimia Perairan

Parameter kimia perairan yang sangat berpengaruh besar terhadap kualitas air media pemeliharaan ikan/udang seperti oksigen terlarut (DO), pH, salinitas, karbodioksida (CO2), alkalinitas, amoniak.
Derajat Keasaman (pH)

Menurut Khairuman, dkk 2005 dalam wikipedia Org.Salinitas dan pH), derajat keasaman (pH) merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukan suasana asam atau basa suatu perairan. Kisaran nilai pH adalah 1-14. Suatu pH dianggap normal jika bernilai 7. Faktor yang mempengaruhi pH adalah konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam.

Menurut Khairuman, dkk 2005 dalam wikipedia Org.Salinitas dan pH), nilai pH di atas 10 dapat membunuh Ikan, sementara nilai pH dibawah 5 mengakibatkan pertumbuhan Ikan terhambat.  Patin sangat toleran terhadap derajat keasaman (pH) air. Ikan ini dapat bertahan hidup di perairan dengan derajat keasaman yang agak asam (pH rendah) sampai di perairan yang sangat basa (pH tinggi) dengan pH 5-9.

Salinitas (Kadar Garam)
Salinitas menunjukkan kadar garam pada suatu perairan. Kadar garam merupakan ciri pembeda antara ekosistem air tawar dan air asin. Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya kelangsungan hidup








III.        METODOLOGI PRAKTIK

3.1  Waktu dan Tempat
Praktik Kerja Lapang dilaksanakan dari tanggal 30 bulan Nopember tahun 2011 s/d  tanggal 30 bulan Desember tahun 2011 di Desa Sungai Undang Kecamatan Seruyan Hilir Kabupaten Seruyan, pada Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) “Harapan I”.

3.2  Bahan dan Alat
3.2.1        Bahan
Bahan yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapang (PKL)  ini adalah sebagai berikut :
a.       Ikan
b.      Pakan
c.       Air

3.2.2        Alat
Alat yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah sebagai berikut :
1.      Perlengkapan Wawancara
a.       Buku
b.      Pulpen
c.       Pensil
d.      Penghapus
e.       Quisioner
2.      Perlengkapan dalam kegiatan
a.       Sampling
-          Ember                                 -      pH Meter
-          Jaring dan seser                   -      Refraktometer
-          Timbangan                          -      Thermometer
-          Penggaris
3.      Sampel Kolam ada 10 buah/petak

3.3.Metode Praktik Kerja Lapangan

Metode yang akan digunakan dalam praktek kerja lapangan ini adalah metode deskriptif, yaitu pengumpulan data dari beberapa literatur untuk dijadikan acuan selama Praktek Kerja Lapangan. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan partisipasi dengan melibatkan diri secara langsung dalam pencarian gambaran mengenai pertumbuhan ikan patin yang dipelihara dikolam Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) “Harapan I”.
Adapun Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pengamatan langsung dilapangan. Pengamatan dilakukan selama 2 (dua) kali dalam satu minggu dan pengamatan ini dilakukan dalam waktu 1 (satu) bulan.

3.4  Cara Pelaksanaan

Adapun cara pelaksanaan dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah dengan melakukan langsung dilapangan  diantaranya Pengamatan terhadap pemanfaatan pakan dan penggunaannya, pengamatan kualitas air dan pertumbuhan yang dilakukan seminggu 2 kali dilakukan selama satu bulan. Pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan menimbang sampel (beberapa ekor dari tiap kolamnya) berat biomassa total benih ikan patin tiap perlakuan dibagi tiap kolamnya. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan melalui berat atau bobot tubuh benih ikan patin setiap minggunya selama masa pemeliharaan. Sedangkan pengamatan kematian dilakukan setiap harinya. Benih ikan patin yang mati langsung diambil.
Selama penelitian/pengamatan berlangsung dilakukan pengukuran terhadap kualitas air. Pengukuran ini bertujuan agar keberlangsungan hidup benih ikan patin dapat terjamin dan apabila ada kematian pada ikan, maka dapat mempermudah dalam penanggulangan dan pengontrolan kualitas airnya, pengukuran ini dilakukan setiap pagi hari pukul 06.30 WIB dan sore hari pada pukul 16.00 WIB, sebanyak delapan kali dalam satu bulan. Parameter kualitas air yang diukur adalah  suhu, pH dan salinitas.











IV.        PENUTUP


Dengan melihat pentingnya Proposal Praktik Kerja Lapangan bagi mahasiswa yang merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Darwan Ali (UNDA), maka penulis mengharapkan koreksi kritik dan saran untuk kemajuan dan perkembangan pengetahun baik itu dalam hal pembuatan proposal praktik kerja lapangan, cara kerja dan pelaksanaannya serta pengaplikasiannya dilapangan.
Demikian Proposal Praktik Kerja Lapang (PKL) ini dibuat, untuk dipergunakan sebagai tindaklanjut dari Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Penulis/Mahasiswa.





















V.           DAFTAR PUSTAKA

Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Gramedia. Jakarta. 82 hal.

Agribisnis   &  Aquacultures.  2008.    Prospek    Usaha    Patin     Menjanjikan.
            http:///citra karyanusantara.blogspot.com/. (Akses 10 Nopember 2011)

Asyari, dkk. 1992. Makalah Pembesaran Ikan Patin (Pangasius pangasius)            dalam Sangkar di Kolam dengan Kepadata ikan yang Berbeda dalam   Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar. Bogor.

Akrimi; Gatot, Subroto. 2002. Teknik Pengamatan Kualitas Air dan Plankton di     Reservat Danau Arang – Arang Jambi (Buletin Teknik Pertanian Vol. 7).        Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Palembang.

Djariah, dkk (2001) SNI : 01-6483.1-2000 “Mengenai Manajemen Pakan Ikan       Patin”. Bogor.
Djariah, A.S.1995. Pakan Alami.Kanisius. Yogyakarta

Djariah, A.S. 2001. Budidaya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta. 87 hal.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Seruyan. 2010. Profil Dislutkan Kab.     Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah 16-17 Hal.

Effendi, H. 2007. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan             Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.258 hal.

Hernowo, 2001. Pembenihan Patin Skala Kecil dan Besar, Solusi Permasalahan.     Penerbar Swadaya, Jakarta. 66 hal.

http//kepadatan ikan khusus_patin.com Rahmat. 2010. diakses pada tanggal            01 januari 2011 pukul 08.00 wib.

http//ikan patin.com. Scribs. 2010. diakses pada tanggal 01 januari  2011

http://ikanpatin_benih.blogspot.com/2008/ll/budidaya-ikan-patin - Tebar Benih       39, 2008. Html   diakses   pada   tanggal   31   desember   2010   pada             pukul   10.00 WIB.

Jangkaru, Z.2004. Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan      Pemeliharaan. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal

Khairuman dan Amri, K. 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agromedia          Pustaka. Jakarta. 83 hal

Kordik, M.G.H.2005. Budidaya Ikan Patin, Biologi, Pembenihan dan Pembesaran.            Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 170 hal

Rahmat. 2010. http//kepadatan ikan khusus_patin.com diakses pada tanggal 01       Januari 2011 pukul 08.00 WIB

Susanto, H  dan  Amri,  K . 2002. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta.           90 hal.

Warintek. 2002. Budidaya Ikan Patin (Pangasius pangasius).             http://118.98.213.22/choirul/how/i/ikan_patin.htm. (Akses 8 Nopember       2011)
Wikipedia.Org. 2005. Salinitas dan pH. http://id.wikipedia.org/wiki/Salinitas/pH.   Akses 18 Februari 2011)